Ribuan Warga Belgia dan Inggris Ramaikan Jalan Demi Kemerdekaan Palestina

 

Perdamaian untuk Palestina (Freepik).

Puluhan ribu warga Belgia berunjuk rasa dengan mengenakan baju merah pada hari Minggu (7/9) lalu, untuk memprotes pemerintah Israel. Dilansir dari Euronews, baju merah tersebut dikenakan sebagai simbol perbatasan sepanjang Gaza.

Pengunjuk rasa meminta pula Uni Eropa untuk mengambil langkah tegas dalam memberi sangsi pada Israel.

Kepolisian Brussel menyatakan sekitar 70 ribu warga mengikuti demonstrasi 'Garis Merah untuk Gaza,' tetapi koordinator demo menyatakan setidaknya 110 ribu warga berpartisipasi dengan baris-berbaris sepanjang 3,5 kilometer.

Lebih dari 200 aktivis kemanusiaan mengikuti pula jalan panjang ini, yang berasal dari Oxfam, Doctors without Borders, Amnesty International, Greenpeace, Save the Children, dan banyak lainnya.

Unjuk rasa ini dilaksanakan beberapa hari setelah Belgia mengumumkan mengakui kedaulatan Palestina saat Majelis Umum PBB bulan ini, dan memberikan sangsi pada Israel dengan beberapa syarat tertentu.

"Keputusan pemerintah (Belgia) tidak akan pernah dicapai jika demo sebelumnya tidak dilaksanakan oleh kami (Juni lalu), dan kampanye 'Speak up for Palestine,' kini telah mencapai 100 ribu tanda tangan," ujar Katrien Van der Heyden, Kepala tim Edukasi Oxfam dari Belgia.

"Kami telah mendesak politisi kami selama dua tahun terakhir untuk mengintervensi apa yang terjadi di Gaza," ujar Isja Puissant, jurubicara Global Movement to Gaza dari Belgia. 

"Mereka masih mendiskusikan pengakuan kedaulatan Palestina di akhir September ini, tetapi kenyataannya, mungkin tidak ada lagi Palestina saat rapat dilaksanakan,"  tambah Puissant.

Ratusan Warga Inggris Ditahan Saat Demo Palestina di London

Sementara di London, Inggris Raya, 890 pengunjuk rasa ditahan saat demonstrasi mendukung Palestina pada hari Sabtu (6/9) lalu. Dilansir dari BBC, unjuk rasa ini diikuti oleh 1500 warga, yang protes di Parliement Square, Westminster.

Penahahan diakibatkan warga adalah anggota Palestine Action, yang telah dilarang oleh pemerintah Inggris sejak bulan Juli lalu. Keanggotaan warga pada Palestine Action adalah melanggar hukum, dan dapat ditahan hingga 14 tahun lamanya.

Sementara koordinator unjuk rasa menyatakan bahwa mereka turun ke jalan dengan damai, dan bukanlah anggota Palestine Action, serta menuduh kepolisian menahan warga atas dakwaan yang salah.

Sementara saat aksi berlangsung, terlihat banyak spanduk berisi tulisan 'Kami melawan genosida, dan mendukung Palestina Action.'

Tingginya jumlah penahahan, dikomentari oleh Menteri Dalam Negeri Inggris, Shabana Mahmood. "Mendukung Palestina dan mendukung grup (teroris) yang dilarang bukanlah hal yang sama," ujar Mahmood.

Shabana Mahmood naik sebagai Menteri Dalam Negeri menggantikan pejabat sebelumnya, yaitu Yvette Cooper, pada hari Jumat (5/9). Cooper mendukung larangan Palestine Action, yang berpendapat bahwa warga kurang mengerti maksud asli dari grup ini.

Pada awal minggu, Kementerian Dalam Negeri dipersilakan untuk mengadakan kembali sidang banding, atas pelarangan grup Palestine Action, yang telah masuk kategori terorisme.

Pendiri Palestine Action, Huda Ammori diberikan izin untuk banding pada Juli lalu, setelah pengacaranya berpendapat bahwa pelarangan ini berarti menyalahi aturan kebebasan berpendapat.

Walau jabatan Menteri Dalam Negeri diisi oleh pejabat baru, namun Mahmood dianggap sama kerasnya dalam menanggapi masalah grup Palestina Action.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Negara Mengakui Kedaulatan Negara Palestina saat Majelis Umum PBB

Contoh Kasus Obat Resep Dokter Berujung Adiksi Heroin

Cara Louis Braille Merelovusi Sistem Penulisan Aksara

Timo Tjahjanto Menyutradarai Film Nobody 2

Animasi 2D Mantap dari Indonesia ala Panji Tengkorak

Sejarah Awal Terbentuknya Pariwisata Sebagai Komoditas Budaya

Fitur Keamanan Instagram dan Youtube Bagi Anak Kecil dan Remaja

Sungai Sebagai Bagian Peradaban Manusia

Para Biarawan Sempat Membantu Inovasi Bahasa Isyarat

Gejala dan Pencegahan Demam Berdarah