Sejarah Awal Terbentuknya Pariwisata Sebagai Komoditas Budaya

 

Ilustrasi turis yang sedang wisata (Freepik).

Sejak awal abad 21, pariwisata internasional telah menjadi bagian penting aktifitas ekonomi negara, bahkan dampaknya hingga wilayah artik dan antartika. 

Dilansir dari Britannica, pariwisata menjadi besar karena minat dan pentingnya budaya di berbagai belahan dunia. Sejarahnya bahkan bermula sebelum kata wisata (tourist) disahkan pada akhir abad 18 lalu.

Tradisi Barat mengadakan perjalanan terorganisir dengan dukungan infrastruktur, pemandangan, fokus pada tujuan penting dan pengalaman yang dialami, dapat dicek sejak jaman Yunani dan Romawi kuno. 

Sejarah ini menjadi klaim asal dari pariwisata warisan budaya (sebagai perayaan dan penghargaan bagi situs budaya bersejarah nan penting) dan wisata pantai. Tujuh Keajaiban Dunia menjadi lokasi wisata bagi warga Yunani dan Romawi.

Ziarah memiliki kesan yang sama, dengan acuan dari kebudayaan Timur. Tujuan religius ini didukung dengan rute yang jelas, kenyamanan komersial, dan gabungan dari rasa ingin tahu, petualangan, serta kenikmatan sebagai tujuan partisipannya.

Ziarah situs dari penganut Buddha telah dimulai lebih dari dua ribu tahun yang lalu, walaupun kunjungan para biksu kurang bisa disandingkan sebagai aktifitas wisata.

Ziarah alias Haji menuju Mekah memiliki warisan budaya yang mirip. Status wisata haji cukup bermasalah akibat tingginya jumlah kematian, yang hingga abad 21 ini, terus terjadi akibat perjalanan berat di padang gurun.

Spa air panas sebagai tujuan wisata, walau sering disandingkan sebagai ziarah pada sumur suci atau air mata sakral, bukanlah penemuan dari Eropa. 

Walau asal katanya berasal dari Inggris, aslinya berasal dari lokasi wisata kuno yang sekarang dikenal sebagai Belgia. Mata air panas dari Jepang adalah onsen, yang bisa dilacak sejarahnya hingga abad enam lalu. 

Pariwisata telah menjadi fenomena global, bahkan sejak awal perkembangannya. Pariwisata modern meningkat secara intensif, terorganisir komersil, bertujuan bisnis dengan aktifitas yang dapat dilacak hingga awal jaman industri di Barat.

Pada abad 16 lalu, para aristokrat mengadakan tur ke berbagai situs budaya di Perancis, Jerman, dan Italia, yang termasuk diantaranya wisata Romawi Kuno. Saat abad 18, pariwisata semakin berkembang hingga ke area pemandangan, seperti di pegunungan Alpine, diantara hiruk-pikuknya peperangan Eropa.

Kebenaran adalah korban pertama perang, dan korban keduanya adalah wisata. Walau begitu, setelah perang berakhir, wisata ziarah menjadi perjalanan menuju lokasi makam, lahan perang, dan bahkan hingga bekas penjara tahanan perang.

Semakin berkembangnya wisata, eksklusifitas semakin berkurang seiring majunya industri, komersil, dan profesional di kalangan menengah. Mereka semakin ikut serta dalam memiliki lahan dan andil politik, serta penerapan konsep Rite of Passage (siklus generasi saat manusia lahir, puber, kawin, lalu meninggal).

Sejak awal abad 19, perjalanan di Eropa dengan tujuan kesehatan, kenikmatan, dan budaya telah menjadi praktek umum di kalangan menengah. Sehingga, dasar kebudayaan yang berasal dari ilmu, pengalaman, dan pembaharuannya mulai disatukan dalam norma masyarakat yang sopan. 

Faktor diatas disematkan dalam buku panduan, buku literasi, pasar seni dan suvenir, bersama sistem transportasi dan akomodasi yang terkalibrasi sesuai dengan tujuan pariwisata. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Negara Mengakui Kedaulatan Negara Palestina saat Majelis Umum PBB

Contoh Kasus Obat Resep Dokter Berujung Adiksi Heroin

Cara Louis Braille Merelovusi Sistem Penulisan Aksara

Timo Tjahjanto Menyutradarai Film Nobody 2

Animasi 2D Mantap dari Indonesia ala Panji Tengkorak

Fitur Keamanan Instagram dan Youtube Bagi Anak Kecil dan Remaja

Sungai Sebagai Bagian Peradaban Manusia

Para Biarawan Sempat Membantu Inovasi Bahasa Isyarat

Gejala dan Pencegahan Demam Berdarah