Peran Perpustakaan Sebagai Bank Literasi di Jaman Informasi

 

Ilustrasi AI sebuah isi perpustakaan (Freepik).

Perpustakaan adalah koleksi buku, manuskrip, jurnal, dan sumber lainnya dalam bentuk dokumentasi informasi. Dilansir dari Britannica, perpustakaan biasanya termasuk referensi karya literasi. 

Contohnya seperti ensiklopedia, yang memberikan informasi faktual dan indeks dari sumber lainnya, seperti hasil karya kreatif puisi, novel, cerita pendek, lagu, dan fotografi. 

Untuk nonfiksi, contohnya adalah biografi, sejarah, dan laporan faktual lainnya. Publikasi berkala pun termasuk, yang diantaranya adalah majalah, jurnal keilmuan, dan serial buku.

Rekaman pun menambah banyaknya jenis koleksi, yaitu berbagai CD-Rom (atau DVD dan Blue-Ray), berisi format audio dan video, serta banyak format media lainnya. Perpustakaan telah terlibat sejak awal dalam menyimpan informasi dalam bentuk teknologi. 

Selama bertahun-tahun lamanya, perpustakaan telah bekerjasama dengan perpustakaan lain dalam fungsinya. Institusi yang berbeda saling berbagi katalog dan informasi koleksi perpustakaannya. Terbaginya informasi digunakan agar materi dapat dipinjam antar perpustakaan. 

Digitalisasi Teknologi Informasi Perpustakaan

Saat masyarakat semakin menghargai informasi, maka industri informasi semakin berkembang. Industri ini termasuk diantaranya penerbit, pengembang perangkat lunak, layanan informasi daring, dan berbagai bisnis lainnya, yang menyediakan informasi sebagai pendapatan instansi.

Perkembangan ini sekaligus memberikan kesempatan dan tantangan bagi perpustakaan. Di satu sisi, semakin banyak informasi melalui format elektronik, perpustakaan tidak perlu memiliki artikel atau informasi statistik, dalam melayani penggunanya.

Di sisi lainnya, anggota industri informasi memberi alternatif dari perpustakaan. Seorang siswa dapat menggunakan komputernya untuk menemukan, memesan, dan menerima salinan artikel, tanpa perlu keluar dari rumah.

Walau perkembangan perpustakaan digital berarti pembaca tidak perlu berkunjung ke gedungnya untuk mendapatkan informasi, pembaca tetap membutuhkan bantuan dalam mencari lokasi informasi. 

Di sebuah gedung perpustakaan tradisional, pengguna harus mengakses katalog untuk menemukan bukunya. Dalam perpustakaan digital, pengguna harus mengakses katalog pula, tetapi informasinya kadang tidak ditemukan dalam identifikasi yang sama.

Masalah ini membutuhkan kesesuaian standar untuk mengidentifikasi informasi elektronik (meta-data) dan pengembangan kode (HTLM dan SGML) yang dapat dimasukkan sebagai teks elektronik. 

Selama bertahun-tahun perpustakaan telah membeli buku dan jurnal secara berkala, agar pembaca dapat meminjam atau fotokopi, selama masih dalam penggunaan pribadi (atau edukasi).

Penerbit basis data elektronik tidak biasanya menjual produk, tetapi meminta lisensi pada perpustakaan (atau situs) untuk penggunakan spesifik. Penerbit elektronik biasanya meminta biaya kepada perpustakaan untuk setiap pembaca yang meminjamnya, dan setiap jumlah informasi yang digunakan oleh perpustakaan.

Ketika perpustakaan tidak memiliki sumber daya ini, mereka memiliki kendali lebih rendah daripada informasi lama yang digunakan untuk masa depan. Prosedur ini adalah fungsi budaya penting dari perpustakaan. 

Walau perpustakaan telah berubah signifikan sejarahnya, tetapi perannya pada budaya tidak berubah sama sekali. Perpustakaan bertanggung jawab untuk mendapatkan atau melayani akses pada buku, hasil karya berkala, dan media lainnya yang memenuhi kebutuhan edukasi, rekreasi, dan informasi pembacanya.

Perpustakaan terus menjaga jejak rekam bisnis, hukum, sejarah, dan religius suatu peradaban. Perpustakaan adalah lokasi dimana anak kecil dapat mendengar cerita pertama kalinya, dan seorang ahli yang sedang meneliti.

Di jalur elektronik, masalah hak cipta, hak intelektual, dan ekonomi informasi semakin penting bagi masa depan layanan perpustakaan. Banyaknya akses pada informasi elektronik, khususnya di sekolah, kampus, dan universitas, maka perlu dikembangkan relasi perpustakaan dengan pusat komputer di institusi tersebut.

Di beberapa institusi, laboratorium komputer bertanggung jawab untuk informasi elektronik, sementara perpustakaan untuk informasi cetak. Di institusi pendidikan lainnya, pustakawan bertanggung jawab keduanya, sebagai koleksi perpustakaan dan layanan komputer sekaligus.

Teknologi yang berkembang telah memberi jalan baru untuk membuat, menyimpan, mengorganisir, dan memberikan informasi, sehingga ekspektasi publik pada peran perpustakaan semakin meningkat.

Perpustakaan telah merespon dengan mengembangkan katalog daring yang canggih, agar pembaca dapat menemukan buku yang ada atau sudah dipinjam, bahkan jika berada di perpustakaan lainnya.

Perpustakaan juga merespon pembaca yang menginginkan informasi cepat, saat membutuhkan dokumen lengkap daripada kutipannya saja, dan menginginkan informasi yang langsung menjawab pertanyaan mereka.

Maka, perpustakaan memberikan layanan SDI, yaitu saat pustakawan memilih informasi yang mungkin menjadi minat bagi pembaca, dan dapat langsung menyediakannya jika diminta.

Perubahan perpustakaan diatas berasal dari AS dan banyak negara berbahasa Inggris lainnya. Tetapi jaringan elektronik tidak memiliki batas geografi, sehingga pengaruhnya meluas dengan cepat.

Dengan koneksi internet di Peking (Beijing), Moskow, dan seluruh dunia, warga yang tidak memiliki akses perpustakaan tradisional langsung berkesempatan menerima informasi dari berbagai subyek, yang bebas dari sensor politik.

Peran Pustakawan Di Era Digital

Pustakawan telah menjadi ahli pula dalam menemukan informasi daring dan basis data digital.

Semakin berubahnya perpustakaan, pustakawan pun berubah pula perannya. Pustakawan berperan sebagai pendidik dalam mengarahkan pembaca untuk menemukan informasi, melalui perpustakaan dan jaringan elektronik.

Perpustakaan publik telah memperluas perannya dengan memberikan informasi pada komunitas lokal, yang dapat diakses komputer secara umum.

Beberapa pustakawan bahkan ahli dalam komputer dan perangkat lunaknya. Pustakawan lainnya berfokus pada prosedur teknologi komputer yang dapat menyimpan budaya manusia dari masa lampau.  

Adapula pustakawan yang memastikan koleksi lama perpustakaan berbentuk kertas atau berkas komputer lama, masih dapat diakses oleh pengguna di beberapa abad mendatang.

Pekerjaan pustakawan ikut berandil pula diluar perpustakaan. Pustakawan bekerja di industri informasi sebagai agen penjual, desainer sistem informasi baru, peneliti, dan analis informasi. Mereka berkecimpung pula di pemasaran dan relasi publik, bahkan di firma hukum, dimana stafnya membutuhkan akses cepat informasi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Negara Mengakui Kedaulatan Negara Palestina saat Majelis Umum PBB

Contoh Kasus Obat Resep Dokter Berujung Adiksi Heroin

Cara Louis Braille Merelovusi Sistem Penulisan Aksara

Timo Tjahjanto Menyutradarai Film Nobody 2

Animasi 2D Mantap dari Indonesia ala Panji Tengkorak

Sejarah Awal Terbentuknya Pariwisata Sebagai Komoditas Budaya

Fitur Keamanan Instagram dan Youtube Bagi Anak Kecil dan Remaja

Sungai Sebagai Bagian Peradaban Manusia

Para Biarawan Sempat Membantu Inovasi Bahasa Isyarat

Gejala dan Pencegahan Demam Berdarah