Konsumerisme dan Efeknya pada Konsumen
![]() |
Ilustrasi ekonomi dunia yang digerakkan oleh konsumerisme (Freepik). |
Konsumerisme dari segi ekonomi, adalah teori dimana konsumen menghabiskan uang, atau pengeluaran seseorang pada barang dan layanan komersil, sebagai pendukung utama pertumbuhan ekonomi dan pengukuran utama bagi kesuksesan produksi sebuah ekonomi kapitalis.
Konsumerisme mewakili seluruh pengeluaran konsumen sebagai porsi terbesar Produk Domestik Bruto (PDB), alias nilai seluruh pasar mengenai barang dan layanan yang diproduksi oleh ekonomi negara, dalam waktu tertentu.
Dilansir dari Britannica, pemerintah berfokus meningkatkan stimulasi pengeluaran konsumen, sebagai maksud yang paling efektif dalam meningkatkan hasil ekonomi dan PDB.
Teori alternatif lainnya, biasanya disebut sebagai ekonomi suplai sampingan (supply-side), yang menukar peran konsumsi dan produksi, dengan menahan rangsangan produksi. Contohnya dengan pengurangan pajak, deregulasi, dan mengurangi tingkatan bunga, sehingga meningkatkan pengeluaran konsumen.
Banyak ahli ekonomi yang menerima berbagai teori konsumerisme, biasanya juga seorang materialistis, dimana mereka percaya bahwa memiliki atau menggunakan barang komersil, adalah patokan penting bagi kebahagian dan kemakmuran hidup.
Dalam aspek yang kontras, yang khawatir atas dampak psikologi dan kebiasaan konsumen, konsumerisme adalah keranjingan dalam sama, saat membeli barang dan komersil, yang bukan keingingan atau kebutuhan konsumen, dan bahkan secara sadar (atau tidak dasar) hanya untuk memuaskan status sosial.
Fenomena diatas dinyatakan oleh ahli ekonomi Amerika, Thorstein Veblen, sebagai konsumsi mencolok. Konsumerisme dalam segi psikologi-kebiasaan adalah alami, dan bukan berarti tidak dapat dihindari, adalah konsekuensi dari kebijakan ekonominya.
Di AS, konsumerisme psikologi-kebiasaan mulai ramai sejak abad 19, dan semakin meluas saat pertengahan abad 20 lalu. Sekarang, telah menjadi fitur biasa yang terjadi pada ekonomi berbasis industri, di seluruh dunia.
Ujung-ujungnya, konsumerisme dikenal luas sebagai paham politik atau rasa sosial, yaitu berbagai usaha dari organisasi swasta atau pemerintah dalam melindungi konsumen.
Usaha tersebut diantaranya adalah meningkatkan kualitas produk, mengubah metode produksi (karena efek pada kesehatan atau lingkungan alam), atau mengurangi praktek bisnis yang tidak adil dan merugikan konsumen, termasuk iklan yang salah klaim.
Menurut para ahli ekonomi pendukung teori ini, usaha kebijakan ekonomi berbasis konsumerisme telah menyediakan manfaat yang signifikan bagi masyarakat, terutama pada pertumbuhan ekonomi, serta meningkatnya kemakmuran dan pendapatan seseorang.
Tetapi menambah beberapa jenis masalah serius, yang mengacu pada bentuk psikologi-kebiasaan konsumerisme, seperti dicontohkan sebelumnya.
Masalah tersebut diantaranya adalah rusaknya budaya dan cara hidup tradisional, pelemahan nilai moral non-egois (altruistik), dengan mengedepankan egoisme materialistis dan kompetisi, miskinnya nilai komunitas dan sipil.
Dari segi alam, tercipta pula peningkatan masalah lingkungan seperti penyebaran polusi, banyaknya hasil sampah, dan berkurang atau habisnya sumber daya alam.
Dari segi pribadi, masalah psikologi negatif yang beresiko adalah stres, gangguan kecemasan, ketidakamanan, dan depresi, yang menjangkit banyak para konsumen ambisius.
Banyak ahli psikologi dan ilmuwan sosial lainnya, berpendapat bahwa psikologi-kebiasaan konsumerisme adalah produk dari manipulasi psikologi konsumen, melalui canggihnya iklan perusahaan dan kampanye pemasaran.
Komentar
Posting Komentar