Tersasar di Gunung Bersama Jurig Sunda di Film Pencarian Terakhir

 

Drupadi bersama teman-temannya di Gunung Sarangan (TMDB).

Akhirnya, ada satu film horor yang cukup menarik dari Indonesia di bulan Agustus ini, berjudul Pencarian Terakhir. Film horor ini mengisahkan sebuah kengerian yang sudah cukup akrab bagi para penggemarnya, yaitu tersesat di gunung pendakian.

Bagi penggemar cerita horor, khususnya di Indonesia, memang gunung sering diartikan sebagai lokasi sakral. Tidak hanya iklim tropis yang membentuk daerah gunung cukup kompleks, Indonesia memiliki banyak gunung yang dianggap keramat atau bahkan mistis.

Memang dari kepercayaan tradisional Indonesia, gunung memiliki maksudnya tersendiri. Banyak yang percaya, bahwa gunung adalah tempat bersemayam banyak kekuatan ghaib. Jadi, jika ada pantangan (atau weton) dari warga sekitar, maka seorang pendaki harus mematuhinya saat memasuki gunung. 

Terlebih lagi jika baru menapaki gunung tersebut. Selain mematuhi arahan dari tim penjaga gunung (tim SAR diantaranya), pendaki harus menghormati keadaan alam di sekitar gunung. Pastinya, berdoa dahulu kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah awal yang dibutuhkan setiap pendaki.

Beberapa cerita horor dari gunung pun bisa kita telaah, mulai dari tersasar (sendiri atau kelompok), kesurupan, penampakan siluman, suara binatang aneh, suara gamelan tradisional, ajakan pasar malam, suara bayi menangis, paniknya binatang pemandu pendaki, hingga ritual mistis penganutnya.

Seluruh fenomena mistis diatas pun bisa terjadi pada siang hari, saat gunung sedang terlihat indah nan cerah. Walau tidak bisa disebut lengkap, tetapi setiap fenomena tersebut bisa terbilang unik. 

Berbeda dengan jurig lainnya seperti kuntilanak, genderewo, buta hejo, kelong wewe, wewe gombel, jelangkung, pocong, tuyul, jenglot, sundel bolong, kuyang, leak, dan jurig konten, fenomena mistis di gunung adalah khas gunung tersebut, dan sangat berbeda dengan daerah rural atau urban.

Kepercayaan utama dari setiap gunung, adalah memiliki suatu sosok karuhun (leluhur) yang masih bersemayam. Mereka berbentuk ghaib, dan menjadi acuan bagi ksatria dan raja kerajaan kuno terdahulu, untuk memantapkan ilmunya. Selain berlatih fisik, semedi akan dilaksanakan sebagai ritual pemungkas mereka. 

Buktinya bisa dilihat hingga sekarang. Banyak ritual tradisional (khususnya di daerah Jawa), yang mengacu pada gunung. Tidak hanya ritual, bukti prasasti di gunung, sebagai tanda terima dari kerajaan, pun mengacu pada hal tersebut.

Nah, sekarang coba kita cek sinopsis film Pencarian Terakhir, yang dari cuplikannya saja sudah mengisyaratkan istilah weton dari suku Sunda.

Sinopsis Film Pencarian Terakhir

Drupadi (Adzana Shaliha) adalah seorang piatu yang telah kehilangan ibunya, Sita (Artika Sari Devi), saat masih berumur 10 tahun. Ibunya hilang di Gunung bernama Sarangan, yaitu sebuah gunung pendakian di daerah Jawa Barat.

Kejadian naas saat dirinya masih kecil, menyebabkan hubungan keluarga Drupadi dan ayahnya, Tito (Donny Alamsyah) menjadi renggang. Tito yang masih trauma kehilangan istrinya, sehingga emosional setiap kali melihat anaknya.

Tidak ingin kenangan ibunya sirna begitu saja, Drupadi yang telah berumur gadis muda pun bersitegas untuk mendaki gunung dimana ibunya hilang. Tentu dia berangkat bersama beberapa temannya, yaitu Raka (Razan Zu), Maya (Dinda Mahira), Ucok (Fatih Unru), Jamal (Fadi Alaydrus), dan Nurul (Alika Jantinia).

Tim yang cukup solid untuk mendaki gunung, karena dapat saling membantu melalui sulitnya medan di pegunungan. Sayangnya, belum lama menaiki gunung, beberapa kejadian aneh mulai menimpa mereka.

Sementara di kaki gunung, kelompok Drupadi bersama lima temannya telah dinyatakan hilang. Mereka tidak terlihat selama beberapa hari lamanya, yang biasanya menjadi batas waktu pendakian.Tito yang tetap traumatis, lalu melapor ke tim pencari korban (SAR), atas kehilangan anaknya. 

Namun, permintaan ditolak, karena memang rumor dan kejadian mistis di Gunung Sarangan sudah mengakar bagi setiap warga di sekitarnya. Terdapat beberapa weton yang mungkin dilanggar grup Drupadi, dan tidak ingin diulangi lagi oleh para anggota tim SAR, saat mendaki kembali Gunung Sarangan.

Bersikeras, Tito pun mendesak agar operasi penyelamatan tetap dilaksanakan, walau melalui medan yang sulit, serta weton yang dilanggar oleh seluruh pihak.Tidak hanya untuk menemukan anaknya, momen pencarian ini mungkin menjadi petunjuk atas hilangnya Sita, bertahun-tahun yang lalu. 

Dapatkah sepasang ayah-anak ini berhasil saling menemukan satu sama lainnya? Dan mungkinkah petunjuk mengenai hilangnya Sita terkuak? Jawabannya bisa dicek di film Pencarian Terakhir, yang kini tengah tayang di banyak sinema Indonesia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Negara Mengakui Kedaulatan Negara Palestina saat Majelis Umum PBB

Contoh Kasus Obat Resep Dokter Berujung Adiksi Heroin

Cara Louis Braille Merelovusi Sistem Penulisan Aksara

Timo Tjahjanto Menyutradarai Film Nobody 2

Animasi 2D Mantap dari Indonesia ala Panji Tengkorak

Sejarah Awal Terbentuknya Pariwisata Sebagai Komoditas Budaya

Fitur Keamanan Instagram dan Youtube Bagi Anak Kecil dan Remaja

Sungai Sebagai Bagian Peradaban Manusia

Para Biarawan Sempat Membantu Inovasi Bahasa Isyarat

Gejala dan Pencegahan Demam Berdarah