Korban Penipuan di Hong Kong Melebihi China dan Taiwan
![]() |
Ilustrasi penipuan daring (Freepik). |
Kajian terbaru menunjukkan bahwa warga Hong Kong ternyata lebih mudah menjadi korban penipuan daring (scam), daripada warga dari dataran utama China dan Taiwan. Dilansir dari Hong Kong Free Press, korban dari Hong Kong bahkan mengalami kerugian yang lebih besar dari kedua wilayah tersebut.
Para peneliti dari Universitas Kota Hong Kong menyatakan hasil penelitian tersebut pada hari Jumat (15/8) lalu. Dengan 1.500 partisipan dari Hong Kong, dataran utama China dan Taiwan, poling dilaksanakan melalui kuesioner daring antara bulan Maret hingga Mei, mengenai pengalaman mereka menanggulangi penipuan.
Hasilnya menunjukkan bahwa 54,9 persen dari Hong Kong mengalami kerugian sebesar 100 ribu Dolar HK. Hanya 18,9 persen dari Taiwan dan 39,7 persen di dataran utama China, yang mengalami kerugian serupa.
Kepala peneliti, Professor Christine Huang, menyatakan pada konferensi pers hari Jumat, bahwa perbedaan tersebut dapat dijelaskan dengan nilai gaji yang lebih tinggi di Hong Kong daripada dua wilayah lainnya. Tetapi analisis data lanjutan dibutuhkan untuk membuka lebih banyak fakta.
Warga Berpendidikan dari Hong Kong Lebih Mudah Terpapar
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa di Hong Kong, partisipan dengan gelar universitas atau lebih tinggi, lebih mudah tertipu, sementara wanita mengalami kerugian yang lebih besar.
Dari seluruh partisipan yang berhubungan dengan penipu daring, 35,4 persen dari Hong Kong melaporkannya ke polisi, sementara lebih dari 50 persen melaporkan kasus tersebut di China dan Taiwan.
Walau penipuan identitas yang menargetkan aparat serta kenalan paling banyak terjadi di Hong Kong dan Taiwan, penipuan 'kesempatan investasi' tetap menjadi penyebab utama kerugian finansial yang besar. Sementara di dataran utama China, penipuan barang konsumsi melalui belanja daring adalah tipe yang paling dominan.
Huang menegaskan dibutuhkannya strategi anti penipuan yang spesifik, dengan target warga dari berbagai kalangan umur dan tingkatan pendidikan. "Korban penipuan tidak hanya datang dari beberapa kelompok yang kurang beruntung, tidak seperti pemahaman konvensional kami," ujar Huang.
Huang menambahkan bahwa diperlukan usaha bersama antara pemerintah, media berita, pengusaha, dan kelompok sipil untuk meningkatkan kewaspadaan anti-penipuan.
Hong Kong selama beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan kejahatan yang mengacu pada penipuan. Sejak tahun 2020 hingga 2024, jumlah penipuan yang dilaporkan ke polisi naik hingga tiga kali lipat.
Menurut Komisaris Polisi Hong Kong, Joe Chow, selama lima bulan awal tahun 2025 ini, aparat telah mendapat laporan sekitar 17 ribu kasus penipuan, yang mencapai setengah dari total kejahatan di Hong Kong.
Komentar
Posting Komentar