Bahan Radioaktif pada Cula Badak Sebagai Anti Pemburuan Liar
![]() |
Foto cula badak yang disuntik isotop (Wits University). |
Endapan yang berbahaya serta mutasi mengerikan sering terjadi akibat hal yang berbau radiaktif. Walau horornya zat ini sering disalah-artikan oleh film sains fiksi, ternyata bisa digunakan pula sebagai hal positif.
Ilmuwan yang tengah bekerja di Rhisotope Project, mulai menyuntikkan isotop radioaktif pada cula badak di Afrika Selatan, seperti dilansir oleh Yahoo News.
Daripada menciptakan badak yang bisa menyala dalam gelap, maksud dari proyek ini adalah agar para pemburu dan penyelundup cula ilegal tidak dapat beroperasi bebas.
Mayoritas spesies badak terancam punah, diantaranya adalah Badak Sumatera, Jawa, dan Hitam, yang jumlahnya hanya mencapai dua digit saja. Kini hanya terdapat dua ekor badak putih Afrika utara saja, yang keduanya berkelamin perempuan. Semua jenis badak sering diburu hingga hampir punah.Badak putih dari Afrika Selatan belum masuk kategori terancam punah. Populasi terbesar berada di sabana Afrika Selatan, yang mencapai status hampir punah. Pemburu liar sering mencuri cula badak sebagai dekorasi orang kaya, atau digunakan sebagai bahan obat tradisional.
Proyek Rhisotope
Dikepalai oleh Profesor James Larkin dari Unit Radiasi dan Kesehatan Fisika, Proyek Rhisotope berkolaborasi dengan banyak ilmuwan Wits, Agensi Internasional Energi Atom (IAEA), dan banyak ahli konservasi badak.
Ilmuwan dari Universitas Witwatersrand, Johannesburg, kini melaksanakan Proyek Rhisotop, yang telah dikembangkan selama enam tahun terakhir. Proyek Rhisotop diluncurkan pertama kalinya tahun lalu dengan 20 badak pertama.
Badak yang menjadi bagian dari tahap pengetesan, dipantau selama enam bulan, untuk memastikan keberhasilan proyek. Materi radioaktif pada cula badak akan dideteksi oleh alat di seluruh perbatasan negara, khususnya bandara internasional, saat para penyelundup membawa cula badak tersebut.
Dalam sebuah video yang mendokumentasikan proyek ini, Larkin dan timnya terlihat membawa tas dengan label peringatan kuning radioaktif. Badak yang telah dibius, menggunakan pelindung mata, lalu disuntikan sedikit materi radioaktif pada culanya.
"Kami mendemonstrasikan secara menyeluruh, melalui model dan banyak pengetesan lainnya, bahwa proyek ini tidak mencederai binatang dengan dosis (radioaktif) tersebut," ujar Larkin.
Ketika tahap pengetesan dilaksanakan mulai bulan Januari tahun lalu, sedikit dosis isotop diterapkan pada 20 badak dari Reservasi Biosphere Waterberg milik UNESCO, yaitu sebuah lokasi oasis beriklim kering.
Setelah mengambil sampel darah, tim Rhisotope mengecek dosimetri biologis, yang menunjukkan tingkat kerusakan sel akibat radiasi, termasuk diantaranya yang mempengaruhi gen.
Formasi mikronuklei pada sel darah putih adalah tanda kerusakan kromosom, yang pertama kali dites saat ledakan PLTN Chernobyl,1986 lalu. Hasilnya adalah negatif bagi seluruh badak, yang memastikan Larkin agar proyek dapat dilanjutkan.
Proyek ini memanfaatkan keamanan infrastruktur nuklir di seluruh dunia. Dengan lebih dari 11 ribu lokasi, termasuk diantaranya aparat yang dilengkapi pendeteksi bahan radioaktif di bandara dan pelabuhan. Hal ini untuk menyulitkan sindikat penyelundup cula, dengan segera menangkap dan mendakwa hukum mereka.
Tes sempat menggunakan cetakan 3D cula badak dengan isotop yang sama, untuk memastikan bahwa mereka tidak dapat melewati alat keamanan. Monitor dapat mengecek minimnya partikel radioaktif dari benda apapun.
Pemburuan liar tetap menjadi masalah mendesak di Afrika Selatan, dimana banyak badak dibunuh untuk culanya setiap 20 jam, 240 diantaranya telah menjadi korban selama tahun 2024 lalu.
Program Rhisotop berharap dapat memperluas program ini pada banyak spesies lainnya yang terancam punah dan diburu liar, contohnya adalah gajah dan pangolin.
"Tujuan proyek ini agar dapat mengurangi nilai dari cula badak, dimata para konsumen akhirnya. Bagi orang yang ingin punya cula badak sebagai gengsi kekayaan, dapat merubah pandangan mereka bahwa benda ini bukanlah hal yang istimewa," ujar Larkin.
"Badak terlalu berharga dan langka untuk dipakai sebagai simbol kekayaan (manusia)," tutup Larkin.
Komentar
Posting Komentar