Adiksi Heroin Beserta Gejala dan Perawatannya

 

Ilustrasi penyalahgunaan heroin (Freepik).

Heroin adalah obat opioid yang berasal dari morfin, zat yang berasal dari tanaman opium. Dilansir dari Healthline, heroin dapat disuntikkan, dihirup, atau dirokok.

Adiksi heroin, yang disebut pula gangguan penyalahgunaan opioid, adalah gangguan yang mempengaruhi perubahan pada otak dan sikap, sebagai hasil dari penyalahgunaan heroin.

Penyebab Adiksi Heroin

Heroin adalah obat opioid yang sangat adiktif. Opioid mengikat reseptor pada otak, untuk merilis zat kimiawi bernama dopamin. Sama seperti efek samping obat lainnya, perilisan ini sementara, tetapi mengakibatkan pecandu menginginkannya kembali.

Jika seseorang menggunakan opioid berulang kali, maka otak akan kesulitan memproduksi dopamin secara alami. Hasilnya, pecandu akan mengonsumsi opioid lebih banyak dan sering, untuk mendapatkan rasa yang sama.

Kadang, gangguan candu opoid dimulai dari obat resmi, seperti pereda nyeri yang sering diresepkan setelah operasi bedah dan cedera lainnya. Obat pereda nyeri ini bekerja mirip seperti heroin. 

Jika seseorang candu pada obat resep dan tidak mendapatkannya kembali, maka mereka akan mencari obat ilegal seperti heroin, untuk mencapai rasa enak yang sama.

Walau tidak semua orang yang menggunakan pereda nyeri legal atau zat rekreasi menjadi candu, beberapa lainnya tidak sanggup berhenti menggunakannya.

Resiko Adiksi Heroin

Adiksi dapat terjadi pada siapapun yang telah mengonsumsi opioid, hingga berkembang menjadi gangguan candu. Walau tidak mungkin mengecek siapa beresiko gangguan candu, beberapa faktor dapat meninggikannya. 

Beberapa faktor resiko diantaranya adalah sejarah pribadi atau keluarga yang pernah adiksi pada zat tertentu, konsumsi rokok yang kuat, sejarah depresi berat atau kecemasan, menganggur, terpapar pada pribadi dan lingkungan yang beresiko candu, dan sejarah melangkah pada resiko tersebut.

Sangatlah penting untuk diingat, jika seseorang memiliki faktor resiko tersebut, belum berarti mereka akan mengembangkan gangguan candu. Adiksi memiliki banyak ragam, diantaranya adalah faktor genetik, psikologi, dan lingkungan.

Gejala Adiksi Heroin

Awalnya, tidak ada gejala dari gangguan candu opioid, apalagi saat pecandu menyembunyikannya dalam waktu lama. Semakin banyak konsumsi, maka semakin sulit untuk menyembunyikannya.

Gejala gangguan candu diantaranya adalah gelisah atau kantuk, bicara cadel, pupil mata yang kecil, depresi, masalah ingatan, bekas jarum suntik, hidung pilek atau sakit, konstipasi, dan berkurangnya rasa nyeri.

Gejala lainnya adalah perubahan penampilan atau berkurangnya kebersihan tubuh, perubahan perilaku seperti mudah marah atau menyimpan rahasia, masalah keuangan, masalah di sekolah atau tempat kerja, serta sikap berbahaya atau beresiko.

Petunjuk utama adiksi, adalah saat pecandu tidak dapat berhenti mengonsumsinya, walau dengan resiko negatif dan mencoba berhenti beberapa kali. 

Jika seseorang menggunakannya, maka orang tersebut membutuhkan lebih banyak obat opioid dari sebelumnya, untuk mencapai rasa yang sama.

Diagnosa Heroin

Diagnosa dari gangguan candu dan penyalahgunaan obat, termasuk diantaranya adalah opioid, dilaksanakan dengan pemeriksaan dan penilaian dari psikiater serta psikolog. 

Dalam beberapa kasus, dokter ahli obat dan alkohol akan ikut mendiagnosa. Beberapa tes yang dilaksanakan, biasanya adalah tes laboratorium darah atau tes urin, serta wawancara klinis.

Jika seseorang atau dicurigai mencandu heroin, maka konsultasikan ke ahli medis. Diantaranya adalah ahli medis seperti dokter ahli obat dan alkohol, pekerja sosial, dokter fisik, dan psikiater.

Perawatan Adiksi Heroin

Tidak ada satupun obat yang dapat menyembuhkan semua jenis adiksi sekaligus, termasuk heroin. Tetapi, perawatan yang efektif dapat membantu pecandu melalui proses penyembuhan. 

Perawatan yang spesifik tergantung pada karakter pribadi pecandu, zat yang dikonsumsi, dan kondisi kesehatan medis yang dialami. 

Terdapat beberapa jenis perawatan gangguan candu opioid, dan contoh kajian telah menunjukkan, bahwa beberapa jenis perawatan yang dilaksanakan sekaligus lebih efektif daripada hanya satu saja.

Dua perawatan utama gangguan cadu adalah farmakologi dan sikap perilaku. 

Perawatan farmakologi dilaksanakan untuk menghentikan konsumsi obat opioid seperti heroin, setelah secara fisik tercandu. Banyak gejala fisik saat berhenti konsumsi, diantaranya adalah mual, muntah, rasa nyeri, dan diare.

Melaksanakan detoksifikasi heroin dapat terasa sakit dan tidak nyaman, tetapi dapat mengurangi keinginan mengonsumsi obat. Pecandu kadang menggunakan heroin untuk menghentikan rasa sakit, dari gejala penarikan dan detoksifikasi.

Karena itu, pengobatan untuk mengurangi sakau konsumsi heroin dan gejala penarikan, dapat mencegah konsumsi ulang heroin saat detoksifikasi. 

Detoksifikasi obat adalah langkah pertama dalam beberapa jenis perawatan. Jika proses detoksifikasi sangat sulit dilalui, maka perawatan berikutnya akan kurang efektif. Untuk meningkatkan keamanan detoksifikasi, sangatlah penting bagi pecandu untuk dipantau secara medis, dan bahkan dirawat inap oleh dokter.

Perawatan sikap perilaku dapat dilaksanakan bersama pasien atau sendirinya. Perawatannya yaitu dengan terapi individual, terapi grup, dan pengelolaan resiko. 

Terapi sikap perilaku ditujukan agar pasien dapat mengidentifikasi rangsangan konsumsi obat, membangun cara penyelesaian masalah saat sakau dan kambuh, serta mengidentifikasi dan menanggulangi masalah yang mengakibatkan campur aduknya ketidaknyamanan emosi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Negara Mengakui Kedaulatan Negara Palestina saat Majelis Umum PBB

Contoh Kasus Obat Resep Dokter Berujung Adiksi Heroin

Cara Louis Braille Merelovusi Sistem Penulisan Aksara

Timo Tjahjanto Menyutradarai Film Nobody 2

Animasi 2D Mantap dari Indonesia ala Panji Tengkorak

Sejarah Awal Terbentuknya Pariwisata Sebagai Komoditas Budaya

Fitur Keamanan Instagram dan Youtube Bagi Anak Kecil dan Remaja

Sungai Sebagai Bagian Peradaban Manusia

Para Biarawan Sempat Membantu Inovasi Bahasa Isyarat

Gejala dan Pencegahan Demam Berdarah