Gejala, Diagnosa, Perawatan, dan Komplikasi Hepatitis

 

Ilustrasi Hari Hepatitis Sedunia (Freepik).

Jika pasien terjangkit penyakit kronis hepatitis B dan C, maka pasien mungkin tidak menunjukkan gejala, sebelum fungsi hati (liver) akhirnya rusak. Secara kontras, pasien hepatitis akut akan langsung mengalami gejalanya, setelah terpapar virus hepatitis.

Dilansir dari Healthline, beberapa gejala hepatitis diantaranya adalah kelelahan, gejala mirip flu, urin (kemih) gelap, feses pucat, perut sakit, kurangnya selera makan, hilangnya berat tubuh tanpa alasan, serta kulit dan mata kuning (sinyal penyakit kuning). 

Diagnosa Hepatitis

Sangatlah krusial untuk mengerti penyebab hepatitis, agar dokter dapat mengecek beberapa tes medis, dan mampu memberikan diagnosa yang tepat. 

Sejarah Kesehatan pasien dicek kembali untuk mendiagnosa seluruh perawatan hepatitis, yang akan dilaksanakan dokter, dan menentukan seluruh faktor resiko yang pasien alami.

Selama Tes Fisik, dokter akan menekan secara halus di bagian perut, untuk mengecek rasa sakit atau nyeri. Dokter lalu akan mengecek apakah ada bagian hati yang membengkak, serta perubahan warna menjadi kekuningan di bagian mata atau kulit.

Pengecekan Fungsi Liver akan melalui sampel darah, untuk mengecek seefisien apa hati pasien berfungsi. Hasil yang abnormal dari tes adalah indikasi masalah, khususnya jika pada tes fisik, pasien tidak terdiagnosa penyakit hati. Tingginya enzim hati, berarti hati kelebihan fungsi, rusak, atau malfungsi. 

Tes Darah Tambahan akan dilaksanakan, jika tes fungsi liver sebelumnya menunjukkan indikasi abnormal. Tes ini akan mengecek apakah hepatitis tersebut menular (akibat virus) beserta antibodi tubuh yang melawannya. Indikasi auto-imun pun akan dites melalui darah.

Biopsi Hati dilaksanakan dengan mengecek sampel jaringan hati, untuk menentukan seberapa rusak hati, tingkat infeksi, serta peradangannya.

Ahli medis akan mengambil sampel melalui suntikan pada kulit, dan tidak membutuhkan operasi bedah. Ahli medis akan menggunakan pindaian ultrasound (USG) selama prosedur ini.

Pengetesan Ultrasound dilaksanakan dengan mengirimkan gelombang pada perut, yang memberi reka gambar organ dalam perut. Dengan tes ini, dokter akan mengecek hati dan organ didekatnya. 

Hasil dari tes ini akan memunculkan masalah cairan di perut, rusak atau bengkaknya hati, tumor hati, dan keabnormalan pada kantung empedu.

Kadang organ pankreas akan muncul di ultrasound, dan sangat berguna untuk menentukan malfungsi organ hati.

Perawatan Hepatitis

Perawatan untuk hepatitis akan bervariasi sesuai tipenya, dan ditentukan pula oleh tingkat infeksi akut atau kronis pasiennya.

Hepatitis A adalah penyakit yang berjangka pendek, dan mungkin tidak membutuhkan perawatan. Namun, jika gejalanya sangat tidak mengenakkan, maka istirahat tidur di rumah tanpa aktifitas berat (bed rest) dibutuhkan oleh pasiennya. 

Terlebih lagi, jika pasien mengalami masalah muntah atau diare, sehingga dokter akan merekomendasikan program pola makan, untuk menjaga nutrisi dan hidrasi.

Hepatitis B akut sama sekali tidak memiliki perawatan. Khusus tingkat kronis hepatitis B, maka pasien membutuhkan pengobatan anti virus. Perawatan ini membutuhkan biaya banyak, karena mungkin dilaksanakan selama beberapa bulan hingga tahun.

Perawatan hepatitis B kronis membutuhkan pula pantauan dan evaluasi medis, untuk menentukan apakah virus merespon perawatan tersebut.

Hepatitis C akan dirawat menggunakan anti virus, dan ditujukan pada tingkat akut dan kronis dari penyakit ini. Biasanya, pasien yang terjangkit hepatitis C kronis akan dirawat dengan kombinasi beberapa jenis terapi dan obat anti virus. 

Diperlukan pula tes lanjutan untuk menentukan bentuk perawatan terbaik bagi pasien. Pasien yang terkomplikasi sirosis atau penyakit hati akibat hepatitis C kronis, mungkin membutuhkan transplantasi hati.

Hepatitis D telah dicanangkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dapat dirawat dengan daftar obat interferon alfa pegilasi. Walau begitu, pengobatan ini memiliki efek samping yang berat. Maka, tidak disarankan bagi penderita rusak hati sirosis, penderita psikatrik (gangguan kejiwaan), dan penyakit auto-imun.

Hepatitis E belum memiliki satu pun obat spesifik yang dapat merawatnya. Karena tingkat infeksinya seringkali akut, maka penyakit ini biasanya sembuh sendiri.

Dokter akan merekomendasikan pasien untuk beristirahat cukup, meminum banyak air, mengonsumsi banyak nutrisi, dan menghindari alkohol. Namun, wanita hamil yang terjangkit hepatitis E membutuhkan pantauan dan perawatan medis yang ketat.

Hepatitis Auto-imun membutuhkan obat kortikosteroid, dengan nama prednison atau bodesonida, pada tahap awal perawatannya. Obat tersebut efektif hingga 80 persen bagi pasien dengan kondisi ini.

Azatioprin (Imuran) adalah obat yang mengurangi kinerja sistem kekebalan tubuh, dan mungkin menjadi bagian dari perawatan hepatitis E. Pasien akan menggunakannya bersama atau tidak dengan steroid.

Obat yang mampu menanggulangi sistem kekebalan tubuh lainnya, adalah mikofenolat (CellCept), takrolimus (Prograf), dan siklosporin (Neoral). Ketiganya dapat menggantikan obat azatioprin.

Komplikasi Hepatitis

Hepatitis B atau C kronis akan mengacu pada masalah kesehatan yang lebih buruk lagi. Karena virus menginfeksi hati, maka pasien mungkim terjangkit penyakit kronis hati, sirosis dan kanker hati. 

Ketika hati berhenti berfungsi normal, maka gagal hati dapat terjadi. Komplikasi dari gagal hati diantaranya adalah gangguan pendarahan, cairan yang menumpuk di perut (asites), dan meningkatnya tekanan darah di vena porta menuju hati (hipertensi portal).

Komplikasi gagal hati lainnya adalah gagal ginjal, ensefalopati hepatik yang berarti kelelahan, hilang ingatan, dan berkurangnya kemampuan mental, karsinoma hepatoseluler (sejenis kanker hati), serta diakhiri kematian pasien.

Pasien dengan hepatitis B dan C kronis harus menghindari alkohol, karena dapat mempercepat penyakit dan gagal hati. Beberapa suplemen dan perawatan medis akan mempengaruhi pula fungsi hati. Jika pasien mengalami hepatitis B atau C kronis, maka dokter perlu dikabari, sebelum pasien menerima obat-obatan baru.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Negara Mengakui Kedaulatan Negara Palestina saat Majelis Umum PBB

Contoh Kasus Obat Resep Dokter Berujung Adiksi Heroin

Cara Louis Braille Merelovusi Sistem Penulisan Aksara

Timo Tjahjanto Menyutradarai Film Nobody 2

Animasi 2D Mantap dari Indonesia ala Panji Tengkorak

Sejarah Awal Terbentuknya Pariwisata Sebagai Komoditas Budaya

Fitur Keamanan Instagram dan Youtube Bagi Anak Kecil dan Remaja

Sungai Sebagai Bagian Peradaban Manusia

Para Biarawan Sempat Membantu Inovasi Bahasa Isyarat

Gejala dan Pencegahan Demam Berdarah