Rekor Hiu yang Berenang Sejauh 7200 Km
![]() |
Ilustrasi hiu di lautan (Pexels). |
Raja Ampat di Indonesia adalah salah satu konservasi lingkungan paling besar di Indonesia. Khusus untuk hiu, beberapa hiu langka yang dilindungi di habitat ini adalah Hiu Kalabia, Hiu Belimbing, dan Hiu Zebra.
Hiu Kalabia adalah satwa endemik yang khas berada di Raja Ampat. Mengacu pada berita pada beberapa hari ini, Raja Ampat kini tengah ramai dibahas akibat penambangan nikel yang melanggar aturan.
Di Hari Laut Sedunia yang dicanangkan setiap 8 Juni, ekosistem laut dan satwanya sangatlah menjadi kekhawatiran para ahli. Banyak perubahan di laut tentunya sangat berpengaruh dengan manusia yang hidup di daratan, yang merupakan bagian dari perubahan iklim.
Kisah Seekor Hiu Banteng yang Mencetak Rekor Jarak Renang
Turawa Hakeem berhasil memancing seekor hiu banteng di dekat Lagos, Nigeria, musim panas tahun 2024 lalu. Kapten dari Ghana ini tidak menyangka bahwa krunya telah menangkap hiu pencetak rekor dunia.
Dilansir dari National Geographic, ketika kru Hakeem tengah menjagal hiu tersebut untuk dijual ke pasar lokal, Hakeem menemukan silinder berukuran jari berwarna hitam, yang bertuliskan "Penelitian: Hadiah bagi yang Mengembalikannya."
Hakeem yang penasaran, coba untuk mengirim surel yang ditautkan pada silinder tersebut. Dia berhasil menghubungi Ryan Daly, seorang ahli ekologi dan kepala penelitian dari Institut Penelitian Oseanografi (ORI).
Sebelumnya, ORI yang beranggotakan ahli sains laut dan melaksanakan proyek penelitan laut di Samudera Hinda barat, menanam transmitter di dalam hiu tersebut pada tahun 2021 lalu di Afrika Selatan.
Daly terkejut dengan pernyataan Hakeem, dan sangat skeptis. "Saya menganggap surel tersebut adalah penipuan. Hal ini terjadi hanya satu kali terjadi dari sejuta kemungkinan," ujar Daly.Hiu betina sepanjang delapan kaki ini telah menempuk jarak berenang sejauh 7200 kilometer dengan melewati dua samudera, yang merupakan dokumentasi jarak renang terjauh dari spesies hiu banteng.
Dilansir dari jurnal yang dirilis bulan Mei 2025 di Ecology, hiu ini berenang dari lautan Mozambik di Samudera Hindia, lalu melewati laut selatan Afrika, dan berenang di sekitar Samudera Atlantik. "Saya sangat heran. Tidak tahu bahwa hiu sanggup berenang sejauh itu," ujar Hakeem.
Tertangkapnya hiu ini membuktikan hasil penelitian baru mengenai migrasi hiu banteng. Sampel ini membuktikan pula, bahwa perubahan iklim dapat merubah lingkungan spesies (habitat), yang biasanya membatasi migrasi hewan laut.
Cara Hiu Banteng Menyeberang antar Samudera
Seorang peneliti yang berkolaborasi dengan Daly, Dunsin Abimbola Bolaji dari Institut Oseanografi dan Penelitian Laut, mengkonfirmasi pernyataan Hakeem.
Dalam setahun sejak ditandai, hiu banteng betina tersebut terdeteksi 567 kali oleh pendeteksi elektronik bawah air, di sepanjang pesisir laut timur Afrika Selatan dan Mozambik. Hiu ini lalu menghilang pada tanggal 25 Maret 2022, sebelum akhirnya kru Hakeem berhasil menangkapnya tepat pada tanggal 11 Juli 2024 lalu.
Selama perjalanannya ke utara, hiu banteng betina ini melewati Benguela, salah satu arus air dingin terbesar yang berada di sepanjang pantai barat Afrika Selatan dan Namibia. Lautan ini telah menciptakan barikade air dingin, yang memisahkan populasi hiu Banteng Afrika selama 55 ribu tahun lamanya.
Hiu banteng memang dikenal sebagai spesies khas per lautnya, dan tidak biasa menyeberangi samudera. Mereka hidup di habitat laut dangkal, dimana air tawar dan air laut bertemu. Sementara itu, hiu banteng membutuhkan suhu lebih hangat dari 18 derajat Celcius.
Penelitian Laut yang Dilaksanakan oleh ORI
Sebagai bagian dari penelitian migrasi hiu, Daly dan koleganya telah menandai dan melacak 102 hiu banteng, hiu macan, hiu karang dan hiu sirip hitam, di sekitar laut Afrika Selatan.
Hiu dengan jarak tempuh berenang terjauh adalah 2250 kilometer, yang hanya sepertiga dari jarak ditempuh hiu pencetak rekor. Para ahli berpendapat bahwa hiu banteng tersebut melewati laut air dingin dengan berenang di arus naik laut dekat permukaan laut, yang dapat berjarak sejauh 144 kilometer dari pesisir pantai.
Masih jadi hipotesa pula bahwa hiu banteng ini berenang di lautan hangat sekitar Afrika Selatan menuju Samudera Atlantik, selama musim Benguela Nino.
Fenomena iklim ini mirip musim El Nino yang berpengaruh pada perubahan suhu laut di pesisir Barat Amerika dan lautan Indonesia. Beberapa ikan laut air dingin, contohnya sarden dan kembung, terdorong menuju utara selama musim Benguela Nino.
Ketika air laut hangat dan arus naik laut berubah akibat perubahan iklim, Daly menyatakan bahwa arus air dingin akan berubah lebih sering saat musim Benguela. Perubahan suhu lautan ini dapat merubah komposisi spesies di habitat tersebut, yang merubah rantai makanan dari alga, plankton, hingga hiu.
Untuk hiu banteng, justru pergerakan ini menunjukkan tanda positif. "Hal ini berarti lebih banyak keturunan genetik (hiu) yang mengalir, maka hasilnya positif. Kita (layaknya hiu) harus terus beradaptasi agar dapat selamat di bumi yang terus berubah," ujar Daly.
Daly berpendapat bahwa hiu banteng tersebut belum dewasa, dan berenang hanya untuk menjelajah saja. Hiu banteng betina memang mencapai kematangan seksual saat berumur 20 tahun.
Hiu banteng biasanya kembali ke area lautan khusus yang sama untuk bereproduksi. Sebelum masa reproduksi, hiu banteng akan menjelajah untuk menemukan habitat dan pola lautan yang cocok dengan mereka.
Kemungkinan lainnya diutarakan oleh Rachel Graham, ahli biologi hiu dari MarAlliance, pesisir barat Afrika. Graham yang tidak ikut penelitian ini menyatakan bahwa rekor hiu banteng ini mungkin sudah biasa terjadi.
Hiu Banteng mungkin saja sering menjelajah lebih jauh dari yang diketahui oleh para ahli. Menurut Graham, hiu banteng betina ini memiliki karakter berbeda dengan yang lainnya, yang cukup berhasil agar garis keturunan genetik hiu tetap bervariasi.
Ancaman Lingkungan pada Hiu
Walau menjelajah sejauh itu, ironisnya, hiu banteng betina ini tidak akan memiliki keturunan, akibat terpancing oleh umat manusia. Hal ini biasa terjadi bagi banyak spesies hiu lainnya.
Sejak tahun 1970 lalu, populasi hiu telah menurun hingga setengahnya akibat pemancingan nelayan, yang berkontribusi sebesar 90 persen bagi turunnya populasi hiu. Tiga perempat dari 100 juta hiu yang tertangkap setiap tahunnya, adalah hasil dari salah pancing, dan bukanlah target pemancingan nelayan.
Dengan stok ikan yang semakin menurun di seluruh dunia, banyak warga beralih ke daging ikan hiu. Khususnya di banyak negara Afrika tengah seperti Nigeria, banyak keluarga bergantung pada pemancingan laut demi kelangsungan hidup.
Hakeem mengkonfirmasi bahwa dirinya memang tidak berniat memancing hiu. Hiu tersebut terjebak perangkap yang ditujukan untuk ikan kerapu dan kakap. "Hiu layaknya berenang melalui banyak arena. Setiap negara memiliki tantangan khusus bagi hiu, selain tentunya perubahan iklim," ujar Daly.
Untuk memastikan bahwa hiu dan pemecah rekor lainnya selamat, Graham menyatakan, bahwa para ahli harus lebih mengandalkan nelayan ala Hakeem. Hal ini ditujukan agar para ahli dapat melacak hiu, dan belajar mengenai spesies laut lain yang sanggup berenang lintas samudera, dan hidup di habitat yang berbeda.
Pemanasan air laut mungkin menyebabkan ikan dari spesies tropis untuk bermigrasi lebih jauh, yang dapat mengurangi efek buruk pemancingan nelayan, dan menyebarkan populasi spesies mereka.
Tetapi, perubahan iklim dapat menyebabkan musim air laut dingin yang ekstrem. Contohnya adalah saat arus naik laut yang ekstrem di Afrika Selatan pada tahun 2021 lalu. Selama musim tersebut, setidaknya banyak hewan dari 81 spesies tewas akibat perubahan suhu laut, dan termasuk diantaranya adalah hiu.
"Air laut memang menghangat, maka arus naik laut akan semakin sering pula terjadi. Arus naik laut saat akhir musim menyebabkan banyak spesies laut dari tropis terjebak didalamnya, lalu mati seketika," ujar Daly.
Komentar
Posting Komentar