Proses Transfusi Darah Bagi Penerima Donor

 

Ilustrasi donor dan transfusi darah (Freepik).

Bagaimana rasanya menerima darah donor akibat derita yang pasien alami? Tentu rasanya kurang mengenakkan, karena biasanya darah terproduksi oleh tubuh kita sendiri.

Terdapat beberapa kondisi seseorang membutuhkan asupan darah dari donor, contohnya adalah saat kecelakaan yang membuang banyak darah, serta saat menderita penyakit khusus darah.

Dilansir dari Healthline, proses transfusi darah bagi penerimanya dapat berdurasi satu hingga empat jam lamanya. Transfusi darah dilaksanakan menggunakan donor darah melalui jalur intravena (IV). Kadang, pasien menerima darahnya sendiri jika sempat didonorkan.

Beberapa orang membutuhkan transfusi darah secara reguler, akibat kondisi medis tertentu. Anjuran transfusi darah biasanya dilaksanakan selama dua jam, dan maksimum empat jam. Proses ini ditujukan agar darah tidak rusak, dan menjadi kurang aman.

Jika sedang keadaan darurat, maka pasien akan menerima darah dengan lebih cepat. Proses ini dapat menyelamatkan nyawa jika pasien kehilangan banyak darah. Kecelakaan atau operasi bedah dapat menyebabkan hilangnya banyak darah, dan menjadi situasi darurat.

Proses Transfusi Darah

Sebelum transfusi darah dilaksanakan, jika pasien mengalami kondisi medis kronis, dokter akan menghitung jumlah darah yang dimiliki (CBC), agar dokter dapat menentukan apakah transfusi diperlukan.

Hanya butuh beberapa menit untuk mengambil sampel darah pasien, yang hasilnya dapat diselesaikan dalam waktu beberapa jam hingga beberapa hari berikutnya. Jika situasinya darurat, maka dokter akan langsung bertindak tanpa menunggu hasil tes.

Setelah dokter menentukan perlu atau tidaknya transfusi, maka penentuan golongan darah akan dilaksanakan. Pengecekan golongan darah hanya membutuhkan beberapa menit tes di laboratorium. Proses ini sangatlah penting karena jenis darah donor harus sesuai dengan pasien.

Lalu, dokter atau suster akan menusukkan jalur intravena ke beberapa titik nadi pasien. Jalur intravena akan mengalirkan darah masuk ke tubuh pasien.

Selama lima belas menit awal transfusi darah, pasien akan ditemani oleh suster, karena banyak reaksi terjadi saat awal proses ini. Jika terjadi, maka pasien akan mengalami demam, sakit punggung, gatal, sulit bernapas, dan kedinginan. Jika gejala tersebut muncul pada pasien, maka transfusi darah akan segera dihentikan.

Jika transfusi darah berhasil dilaksanakan tanpa reaksi, contohnya selama satu hingga empat jam, maka suster akan mempercepat transfusi darah. Jika pasien memiliki masalah dalam menjaga keseimbangan cairan tubuh, contohnya gagal jantung, maka transfusi darah justru akan dilaksanakan dengan lebih lambat.

Selama proses transfusi darah, suster atau dokter akan mengecek sinyal vital tubuh pasien, diantaranya adalah tekanan darah, detak jantung, dan suhu tubuh. 

Proses transfusi darah akan dilaksanakan selama empat jam lebih, jika pasien terus menerus kehilangan darah. Jika pasien mengalami pendarahan organ pencernaan (gastrointestinal bleeding), atau akibat operasi bedah, maka dokter akan terus memberi transfusi darah, sesuai dengan jumlah darah yang hilang.

Efek Transfusi Darah

Efek yang dialami pasien setelah tranfusi darah ditentukan dari jumlah darah awal yang dimiliki, kondisi kesehatan, dan alasan transfusi darah diperlukan. Idealnya, pasien akan langsung merasa lebih sehat setelah menerima transfusi, karena darah akhirnya berfungsi dengan lebih baik. 

Seringkali, dokter akan mengecek kembali jumlah darah yang dimiliki pasien (CBC) setelah satu jam sejak transfusi. Proses CBC ini dilaksanakan agar dokter mengetahui sebaik apa efek transfusi darah bagi pasien.

Jika pasien memiliki masalah penyakit yang aktif kehilangan darah, contohnya gastrointestinal bleeding, maka dokter akan merawat kondisi tersebut sebelum efek transfusi berhasil.

Walau reaksi transfusi biasanya langsung, terdapat pula resiko panjang bagi penerimanya. Dokter akan terus mengawasi efek langsung dan resiko jangka panjang dari transfusi darah.

Rawat Jalan Transfusi Darah

Transfusi Darah biasanya dilaksanakan agar mendukung kondisi tubuh hingga membaik, kondisi penyakitnya turun, dan tubuh dapat menyuplai darah kembali secara alami. 

Tubuh yang sehat dapat menghasilkan jutaan sel baru setiap menitnya. Jadi, seberapa sering transfusi darah dibutuhkan akan ditentukan oleh kondisi pasien tersebut.

Dokter akan terus melanjutkan transfusi untuk menjaga jumlah darah dan komponennya yang cukup bagi tubuh. Jika dokter berhasil menyembuhkan kondisi penyakitnya, maka tubuh dapat memproses sendiri darah, dan pasien tidak membutuhkan transfusi darah lagi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Negara Mengakui Kedaulatan Negara Palestina saat Majelis Umum PBB

Contoh Kasus Obat Resep Dokter Berujung Adiksi Heroin

Cara Louis Braille Merelovusi Sistem Penulisan Aksara

Timo Tjahjanto Menyutradarai Film Nobody 2

Animasi 2D Mantap dari Indonesia ala Panji Tengkorak

Sejarah Awal Terbentuknya Pariwisata Sebagai Komoditas Budaya

Fitur Keamanan Instagram dan Youtube Bagi Anak Kecil dan Remaja

Sungai Sebagai Bagian Peradaban Manusia

Para Biarawan Sempat Membantu Inovasi Bahasa Isyarat

Gejala dan Pencegahan Demam Berdarah