Gejala dan Cara Menanggulangi Insomnia

 

Ilustrasi insomnia saat malam hari (Freepik).

Insomnia terjadi saat anda tidak dapat tidur, padahal sedang membutuhkan kesegaran baru. Penyebabnya diantaranya adalah stres dan kondisi kesehatan kronis. 

Insomnia adalah salah satu jenis gangguan tidur, yang paling wajar terdampak pada banyak pasien. Dilansir dari Healthline, Asosiasi Psikiater Amerika (APA) menyatakan, bahwa sepertiga orang dewasa mengalami gejala insomnia.

Gejala Insomnia

Gejala insomia bisa terjadi saat anda bangun terlalu cepat dan tidak dapat tidur kembali, terjaga sepanjang malam walau takut tidak bisa tidur, sering terbangun saat tidur, tidur yang tidak menyegarkan, serta sulit tertidur di ranjang anda.

Akibatnya, gejala lanjutan karena kurang tidur dapat terjadi, diantaranya adalah rasa lelah dan kantuk di siang hari, perasaan yang sensitif dan mudah berubah, serta sulit berkonsentrasi atau mengingat sesuatu.

Beberapa Jenis Insomnia

Para ahli menyatakan beberapa tipe insomnia, tergantung pada karakteristiknya. 

Jenis insomnia pertama adalah insomnia akut, yang berarti kesulitan tertidur, namun tidak berlangsung lama. Penderitanya sulit langsung tidur dalam beberapa minggu saja.

Jenis kedua adalah Insomnia kronis, yaitu insomnia yang terdampak hingga tiga hari dalam seminggu, dalam kurun waktu tiga bulan atau lebih. 

Insomnia kronis berpotensi sebagai alasan utama (idiopatik) gangguan tidur, atau alasan kedua (komorbid), yang berarti berhubungan langsung dengan kondisi kesehatan lainnya.

Insomnia awal tidur adalah jenis ketiganya, saat penderitanya kesulitan tertidur langsung. Biasanya berakibat dari kafein, gejala gangguan kesehatan mental, atau gejala insomnia lain. Kesulitan langsung tertidur ini dapat menyebabkan jenis insomnia lainnya.

Insomnia jenis keempat adalah sulitnya tetap tertidur, yaitu saat penderita sering terbangun dan sulit tidur kembali. Insomnia ini berhubungan dengan gejala masalah kesehatan tubuh dan mental, dimana penderitanya malah terbangun dan khawatir tidak bisa tidur.

Insomnia terakhir adalah kebiasaan insomnia bagi anak, yang biasa terjadi saat anak secara konsisten sulit tertidur. Anak bahkan akan menolak pergi ke dalam kamarnya. Terapi khusus bagi anak dapat membantu mereka memiliki rutinitas tidur yang baik.

Penyebab Insomnia dan Faktor Resikonya

Penyebab insomnia dapat bervariasi, tergantung dari jenis apa yang penderita alami. Beberapa insomnia akut berakibat dari kondisi stres tertentu, seperti kejadian traumatis atau jet lag.

Insomnia kronis dapat terjadi akibat rasa sakit tubuh yang kronis, seperti arthritis atau nyeri punggung. 

Penyebab lainnya berasal dari psikologis, diantaranya adalah gangguan kecemasan, depresi, atau salah konsumsi obat-obatan.

Kondisi kesehatan seperti diabetes atau GERD dapat menjadi alasan lainnya. Apnea tidur (terhentinya napas saat tidur), dan banyak gangguan tidur lainnya bisa menyebabkan pula insomnia kronis.

Faktor Resiko Insomnia dan Penanggulangannya

Insomnia sangat erat kaitannya dengan umur, jenis kelamin dan keturunan genetik. Insomnia akan sering terjadi saat umur dewasa, momen saat wanita mengalami menopause, atau wanita hamil.

Beberapa faktor resiko lainnya adalah gaya hidup yang fisiknya tidak aktif, sistem selang-seling kerja (shift), sering tidur sebentar saat jam aktif, atau kebiasaan meminum kafein.

Insomnia saat hamil biasanya terjadi saat tiga bulan pertama dan akhir. Insomnia ini biasanya akan sembuh sendirinya, dan tidak berpengaruh pada tumbuh kembang bayi dalam kandungan. 

Mendapatkan tidur yang cukup tetaplah diperlukan bagi seorang ibu hamil. Hal ini terbantu dengan pola makan seimbang, menjaga jadwal tidur yang konsisten, serta teknik relaksasi saat jam aktif, agar menenangkan diri dan mengurangi rasa cemas.

Insomnia bagi anak dan remaja biasanya sama seperti orang dewasa. Kebiasaan relaksasi sebelum tidur, mempraktekan tidur higienis, menghindari layar gawai, serta mengurangi kadar stres, dapat membantu menyembuhkan insomnia bagi anak, remaja, hingga dewasa.

Insomnia bagi lanjut usia cukup berbeda dengan kelompok umur lainnya. Contohnya adalah penelitian tahun 2019 lalu, yang menunjukkan bahwa 75 persen warga lansia mengalami gejala insomnia.

Beberapa faktor khusus pada lansia dapat menyebabkan efek domino, diantaranya adalah ritme circadian (pernapasan dan gerak tubuh bagian atas), masalah kesehatan akibat usia dan kondisi kronis, serta kebiasaan tidur saat jam aktif.

Umur lansia memiliki masalah lain pula dari segi psikologis, diantaranya adalah kehilangan rutinitas harian atau interaksi sosial setelah pensiun, serta isolasi dari kehidupan sosial yang menyebabkan depresi.

Diagnosa Insomnia

Insomnia dapat didiagnosa oleh ahli kesehatan dengan beberapa faktor, diantaranya adalah kondisi kesehatan, gejala fisik serta mental yang dialami, sumber stres dari kehidupan pribadi atau profesional, serta sejarah gangguan tidur.

Dokter atau ahli kesehatan dapat menentukan penyebab insomnia dari konsultasi anda. Mungkin mereka akan meminta anda untuk menulis jurnal kebiasaan tidur selama 2 hingga 4 minggu kedepan.

Jurnal tersebut akan berisi catatan mengenai jam anda mulai tidur, berapa lama hingga anda tertidur, momen saat terbangun paksa, dan jam saat anda bangun setiap harinya.

Mereka mungkin akan melakukan pengetesan medis atau darah, untuk menentukan kondisi kesehatan yang mempengaruhi tidur. Jika terdapat gangguan tidur, maka mereka akan merekomendasikan studi pola tidur.

Diagnosa ini bisa dilaksanakan saat insomnia terjadi dalam tiga hari seminggu, selama tiga bulan lamanya, dan apakah mempersulit kegiatan sehari-hari.

Perawatan Insomnia

Perawatan insomnia bisa dilaksanakan melalui terapi, pengobatan medis dan suplemen, serta obat herbal. 

Terapi dapat dilaksanakan dengan mempelajari teknik menanggulangi insomnia, diantaranya adalah kendali stimulus alias rangsangan sebelum tidur. Rangsangan yang dimaksud adalah aktifitas tenang dan santai sebelum tidur (relaksasi), hingga akhirnya anda mengantuk. 

Kurangi durasi anda bangun sambil berbaring di ranjang, dan perbanyak momen berada di ranjang hanya untuk tidur dan kegiatan seksual saja. Rangsangan lainnya adalah kondisi cahaya, yang diasosiasikan oleh otak sebagai cahaya pagi (matahari) atau sore (lampu), dan otak pun, sadar dan tidak sadar, terpengaruh.

Jika terapi tidak berhasil, maka insomnia dapat dirawat dengan obat-obatan. Contohnya adalah jenis obat eszopiclone (lunesta), zolpidem (ambien), atau triazolam (halcion),

Dokter akan menganjurkan obat dengan kombinasi terapi, yang menyebabkan anda tidak ketergantungan obat. Obat yang bisa dijual di toko diantaranya adalah suplemen melatonin, yang dapat mengurangi jeda waktu anda, dari mulai berbaring hingga akhirnya tertidur.

Beberapa perubahan gaya hidup dan obat rumahan pun dapat dilaksanakan demi menanggulangi gejala insomnia.

Penderitanya dapat mencoba resep alami sebelum tidur, diantaranya adalah susu hangat, teh herbal, atau akar valerian. Menggunakan aromaterapi, contohnya lilin minyak berbau lavender atau peppermint, memberikan manfaat baik saat tidur.

Meditasi dilaksanakan demi mengurangi stres dan meningkatkan kualitas tidur. Banyak bahan bacaan atau aplikasi dari gawai (mode gelap), dapat membantu anda untuk mulai bermeditasi sendiri.

Olahraga rutin, 30 menit dalam sehari dapat membantu anda tertidur lebih cepat, dan meningkatkan kualitasnya dengan merangsang zat melatonin.

Akupuntur mungkin bisa menjadi alternatif lainnya, karena titik syaraf khusus dapat terbebaskan dari tekanan tubuh. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Negara Mengakui Kedaulatan Negara Palestina saat Majelis Umum PBB

Contoh Kasus Obat Resep Dokter Berujung Adiksi Heroin

Cara Louis Braille Merelovusi Sistem Penulisan Aksara

Timo Tjahjanto Menyutradarai Film Nobody 2

Animasi 2D Mantap dari Indonesia ala Panji Tengkorak

Sejarah Awal Terbentuknya Pariwisata Sebagai Komoditas Budaya

Fitur Keamanan Instagram dan Youtube Bagi Anak Kecil dan Remaja

Sungai Sebagai Bagian Peradaban Manusia

Para Biarawan Sempat Membantu Inovasi Bahasa Isyarat

Gejala dan Pencegahan Demam Berdarah