Seberapa Baik Kandungan Garam Bagi Tubuh

Ilustrasi Garam (Pexels).

Indonesia adalah negara yang kaya akan rempah-rempahnya. Mulai dari makanan asam, manis, asin hingga pedas menemani keseharian warga setiap makan. Tentu dengan keberagaman rempah dan luasnya permukaan laut, mempermudah warga Indonesia mendapatkan makanan dengan rasa yang kuat.

Nah, bagaimana dengan kandungan nutrisi yang dimiliki oleh setiap makanan asin. Setiap pulau pastinya berbatasan dengan laut, dan menyebabkan warga Indonesia memiliki produksi garam yang melimpah.

Namun, kandungan garam ternyata perlu dicerna kembali oleh kita. Garam sebagai sumber nutrisi utama sodium memiliki banyak kelebihan dan kekurangan pula.

Konsumsi kandungan sodium (natrium) dapat mengatur keseimbangan cairan, fungsi saraf dan otot, tekanan darah, serta fungsi ginjal. Sodium berandil pula terhadap rangsangan saraf dan konstraksi otot.

Contohnya buruknya adalah saat tubuh terlalu banyak menerima kandungan garam, berakibat tubuh mengalami hipertensi, alias tekanan darah tinggi. Sementara kurangnya konsumsi sodium dapat menyebabkan gejala sakit kepala, mual, dan lemahnya otot.

Dilansir dari National Geographic, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan bahwa konsumsi sodium maksimum perharinya adalah sekitar 2 gram saja (satu sendok teh). 

Bahkan bagi yang memiliki tekanan darah tinggi, batas maksimum konsumsi sodium perharinya hanya 1,5 gram saja. Itu pun harus ditemani dengan konsumsi air (hidrasi) yang baik.

Sementara di seluruh dunia, rata-rata konsumsi garam adalah 4,3 gram perharinya. Wilayah dengan konsumsi garam tertinggi ada di sekitar Asia Timur dan Tengah (termasuk Indonesia). Memang, benua Asia terkenal akan kekayaan kuliner dengan rasanya yang kuat.

Pengaruh Konsumsi Garam Pada Tubuh

Garam memiliki kandungan sodium dan klorida. Sodium dalam garam  direspon tubuh dengan memproduksi lebih banyak cairan, sehingga kadar sodium tetap stabil.

Saat tubuh menerima terlalu banyak sodium, kandungan darah akan meningkat, sehingga jantung akan memompa lebih banyak darah, dan pembuluh darah akan menjadi kaku. Ginjal pun perlu membuang kandungan ekstra sodium melalui darah, yang akhirnya akan tereksresi melalui urine. 

Seluruh siklus tersebut menambah beban kerja jantung dan ginjal. Konsumsi terlalu banyak garam dalam waktu yang lama, dapat mengakibatkan gagal ginjal, penyakit jantung dan stroke. Di daerah dengan tingginya konsumsi garam, semakin meninggi pula resiko terkena maag perut atau kanker.

"Mengacu pada batas konsumsi garam yang sesuai, adalah tantangan bagi praktisinya," ujar Franz Messerli, seorang profesor medis dari Universitas Bern di Swiss. "Tidak ada satu negara pun yang aktif untuk menahan konsumsi garam, layaknya yang dianjurkan oleh WHO," tambahnya.

Satu cara agar konsumsi tinggi garam tidak berpengaruh pada tubuh, adalah dengan gaya hidup yang fisiknya aktif. Fisik yang aktif dapat menerima kandungan garam lebih tinggi dan sekaligus menurunkan tekanan darah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Negara Mengakui Kedaulatan Negara Palestina saat Majelis Umum PBB

Contoh Kasus Obat Resep Dokter Berujung Adiksi Heroin

Cara Louis Braille Merelovusi Sistem Penulisan Aksara

Timo Tjahjanto Menyutradarai Film Nobody 2

Animasi 2D Mantap dari Indonesia ala Panji Tengkorak

Sejarah Awal Terbentuknya Pariwisata Sebagai Komoditas Budaya

Fitur Keamanan Instagram dan Youtube Bagi Anak Kecil dan Remaja

Sungai Sebagai Bagian Peradaban Manusia

Para Biarawan Sempat Membantu Inovasi Bahasa Isyarat

Gejala dan Pencegahan Demam Berdarah