Rekor Dunia Tikus Pendeteksi Ranjau Darat Dari Kamboja

 

Tikus Ronin dan pawangnya, Phanny (APOPO).

Seekor Tikus berhasil meraih Rekor Dunia Guinness dengan mendeteksi lebih dari 100 ranjau darat di Kamboja pada tanggal 4 April lalu. Tikus bernama Ronin ini adalah "agen" pendeteksi ranjau dari organisasi APOPO yang telah berdinas sejak tahun 2021 lalu. 

APOPO adalah organisasi kemanusiaan internasional dari Belgia yang melatih anjing dan tikus untuk mendeteksi ranjau darat dan bakteri penyakit tuberkolusis di seluruh dunia. 

Dilansir dari laman situs APOPO pada tanggal 4 April lalu, tikus raksasa berkantung Afrika (cricotemis ansorgei) bernama Ronin telah meraih pencapaian rekor dunia Guinness sebagai tikus pendeteksi ranjau darat paling banyak seantero dunia. 

Ronin adalah satu dari banyak tikus sebagai bagian program HeroRATs yang bertujuan untuk mendeteksi ranjau darat dan tuberkolusis. Sejak berdinas pada bulan Agustus tahun 2021 lalu di Provinsi Preah Vihear, Kamboja, Ronin berhasil mendeteksi 109 ranjau darat dan lima belas hulu ledak pasif (UXO) lainnya. 

Sebelumnya, rekor tersebut dicapai oleh tikus bernama Magawa yang berasal pula dari HeroRATs, dengan jumlah 71 ranjau darat dan 38 hulu ledak pasif yang berhasil terdeteksi olehnya selama lima tahun berdinas. 

Namun Ronin yang masih berumur lima tahun, memiliki waktu dua tahun atau lebih lamanya, hingga dia dapat terus memecahkan rekor tersebut sebelum akhirnya pensiun.

Pelatihan Positif HeroRATS

Kemampuan pendeteksi ranjau Ronin yang hebat adalah hasil dari bantuan pelatihan yang positif dari Pusat Pelatihan APOPO di Morogoro, Tanzania, tepatnya di Universitas Agrikultur Sankoine. 

Sejak berumur muda, Ronin telah dilatih untuk mendengar suara klik, dengan hadiah kacang dan pisang jika berhasil. Dia pun dilatih secara sistematis dalam satu pola jaringan yang terpasang pada tali.

Latihan tersebut ditjukan agar Ronin dapat mengidentifikasi ranjau darat dengan menggaruknya. Pola pelatihan tersebut dapat menguatkan indera penciuman Ronin khusus pada bahan peledak. 

APOPO memastikan bahwa Ronin hanya bekerja selama 30 menit sehari, sementara sisanya Ronin dapat menjelajah bebas atau istirahat di lingkungan alaminya. Pola kebiasaan tersebut dapat merangsang pikiran dan indera penciuman tikus secara alami. 

"Pencapaian Rekor Dunia Guinness bukan hanya untuk meraih suatu rekor dunia, tetapi merubah pula kesalahpahaman warga," ujar Adam Millward, Redaktur Pelaksana Rekor Dunia Guinness. 

"Pencapaian HeroRATs dari APOPO, pawangnya, serta seluruh pihak yang terkait dalam pelatihan binatang anti ranjau, adalah contoh bahwa tujuan yang baik dapat dicapai melalui kerjasama antara manusia dan hewan," tambahnya.

"Kesuksesan Ronin bukan hanya bukti dari potensi pelatihan positif. Dia bukan hanya sebuah aset, melainkan mitra dan kolega yang berharga," tambah Phanny, pawang Ronin dari Kamboja. 

Tikus-tikus raksasa berkantung Afrika dari HeroRATs adalah bagian integral dari Organisasi APOPO. Spesies ini dapat hidup selama lebih dari delapan tahun lamanya. 

Ketika tikus mulai menua atau menurun kemampuannya, tikus tersebut dipensiunkan dan dipelihara di koloni pensiunan binatang milik APOPO. Disana, hewan-hewan hasil pelatihan APOPO dapat hidup tenang dan nyaman di masa tua, diantara kolega dan teman yang menghormati mereka. 

"HeroRATs bukan hanya seekor pekerja, mereka adalah anggota penting bagi tim kami. Memastikan kesehatan mereka sejak bekerja hingga pensiun adalah prioritas absolut kami," ujar Pendo Msego, Petugas Kesejahteraan Hewan dari APOPO, Tanzania. 

Masalah Ranjau Darat di Seluruh Dunia

Menurut Organisasi Pengawasan Ranjau Darat, hingga 2024 lalu terdapat 4 hingga 6 juta ranjau darat serta hulu ledak pasif lainnya di Kamboja. Hulu ledak tersebut masih mengancam banyak jiwa warga sipil di Kamboja akibat konflik militer yang berkepanjangan. 

Sejak 1979, bahaya yang tidak kasat mata ini telah mengakibatkan 20 ribu korban jiwa dan 45 ribu korban luka. Usaha untuk mengurangi jumlah ranjau darat masih terus dilaksanakan, namun dengan resiko yang signifikan. Pada tahun 2023 lalu, sejumlah 32 insiden akibat ranjau darat masih terjadi.

Sementara di seluruh dunia, sekitar 110 juta ranjau darat masih tertanam di lebih dari 60 negara. Pada tahun 2023 lalu, data yang diperoleh organisasi Peninjauan dan Penindakan Ranjau Darat menunjukkan sebanyak 5241 korban ranjau darat, 1431 diantaranya adalah korban jiwa. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Negara Mengakui Kedaulatan Negara Palestina saat Majelis Umum PBB

Contoh Kasus Obat Resep Dokter Berujung Adiksi Heroin

Cara Louis Braille Merelovusi Sistem Penulisan Aksara

Timo Tjahjanto Menyutradarai Film Nobody 2

Animasi 2D Mantap dari Indonesia ala Panji Tengkorak

Sejarah Awal Terbentuknya Pariwisata Sebagai Komoditas Budaya

Fitur Keamanan Instagram dan Youtube Bagi Anak Kecil dan Remaja

Sungai Sebagai Bagian Peradaban Manusia

Para Biarawan Sempat Membantu Inovasi Bahasa Isyarat

Gejala dan Pencegahan Demam Berdarah